Kamis, 31 Oktober 2013

Rencong Aceh

Souvenir Aceh-Rencong

      Rencong (Reuncong) adalah senjata tradisional dari Aceh. Rencong selain simbol kebesaran para bangsawan, merupakan lambang keberanian para pejuang dan rakyat Aceh di masa perjuangan. Keberadaan rencong sebagai simbol keberanian dan kepahlawanan masyarakat Aceh terlihat bahwa hampir setiap pejuang Aceh, membekali dirinya dengan rencong sebagai alat pertahanan diri. Namun sekarang, setelah tak lagi lazim digunakan sebagai alat pertahanan diri, rencong berubah fungsi menjadi barang cinderamata yang dapat ditemukan hampir di semua toko kerajinan khas Aceh.


Bagian-bagian rencong :
  • Hulu Rencong
Hulu rencong disebut juga dengan gagang rencong, yaitu tempat untuk menggenggam senjata tersebut, dalam bahasa Aceh, hulu disebut goo. Bagian ini sangat diperhatikan oleh pengguna, terutama pada keindahan dan kekuatannya, sehingga bahan yang kuatpun diperlukan untuk membuat hulu rencong, misalnya tanduk atau gading. Hulu rencong terbuat dari gading atau tanduk kerbau atau sapi yang sudah cukup tua.

  • Ukiran Rencong
Hulu dn batang rencong umumnya diukir dengan bentuk-bentuk hiasan tertentu, namun tidak ada syarat tertentu pada macam jenis ukiran. Beberapa bentuk ukiran pada rencong di antaranya adalah kalimah syahadat, bentuk daun, bunga, bintang, bulan atau matahari. Bentuk-bentuk ini hanya menonjolkan estetika semata dan tidak mengandung unsur magis.
  • Perut Rencong
Perut rencong adalah bagian rencong yang terdapat ditengah mata rencong. Perut rencong merupakan bagian mata rencong yang lebih lebar dibanding ujung dan pangkal rencong. Fungsi perut rencong adalah untuk membelah. Lengkungan rencong ini memberi batas tertentu yang berfungsi sebagai pengendali gagang sebagai alat untuk menekan.
Bagian perut rencong yang digunakan dalam perang akan digosok dengan racun. Selain bagian perut, bagian lain yang digosok dengan racun adalah bagian mata atau ujung rencong.
  •  Ujung Rencong
Ujung rencong merupakan bagian rencong yang tajam. Bagian ini menentukan keampuhan sebuah rencong. Rencong akan semakin ampuh kalau ujungnya semakin tajam, bukan bagian ujung rencong saja, namun termasuk bagian pangkal perut rencong.
  • Batang Rencong
Batang rencong adalah bagian rencong yang pertama setelah tenggorokan atau leher rencong. Batang rencong merupakan tumpuan kekuatan sebuah rencong. Bagian ini lebih tebal dan kuat dibandingkan dengan perut dan ujung rencong karena rencong adalah senjata tikam.

Ada empat macam rencong yang menjadi senjata andalan masyarakat Aceh yaitu :
  1. Rencong Meucugek
          
       Disebut rencong meucugek karena pada gagang rencong tersebut terdapat suatu bentuk panahan dan perekat yang dalam istilah Aceh disebut cugek atau meucugek. Biasanya gagang tersebut terbuat dari gading dan tanduk pilihan. Gagang meucungkek itu juga dimaksudkan agar, pada saat-saat genting dengan mudah dapat ditarik dari sarungnya dan tidak akan mudah lepas dari genggaman. Satu hal yang membedakan rencong dengan senjata tradisional lainnya adalah rencong tidak pernah diasah karena hanya ujungnya yang runcing saja yang digunakan.

    2.  Rencong Meupucok



         Memiliki pucuk di atas gagangnya yang terbuat dari ukiran logam yang pada umumnya dari gading atau emas. Bagian pangkal gagang dihiasi emas bermotif tumpal (pucok rebung) serta diberi permata ditampuk gagang, panjang keseluruhan rencong sekitar 30 cm. Sarung rencong juga dibuat dari gading serta diberi ikatan dengan emas. Bilah terbuat dari besi putih.

    3.  Rencong Pudoi


        Rencong jenis ini gagangnya lebih pendek dan berbentuk lurus, tidak seperti rencong umumnya. Terkesan, rencong ini belum sempurna sehingga dikatakan pudoi. Istilah pudoi dalam masyarakat Aceh adalah sesuatu yang diangap masih kekurangan atau masih ada yang belum sempurna.

         Setelah perang Aceh sekitar tahun 1904, orang-orang Aceh masih sering menyelipkan rencong di pinggang di balik baju mereka. Biasa jenis Rencong Meuceugek atau Meucangee. Padahal pemerintah kolonial Belanda menetapkan aturan orang Aceh tidak boleh membawa dan memakai Rencong pada saat bepergian. Larangan itu bertentangan dengan tradisi orang Aceh yang menganggap Rencong sebagai perhiasan dan alat membela diri sewaktu-waktu.

            Dengan adanya peraturan itu, masyarakat Aceh kemudian mencari cara untuk mengelabuhi Belanda. Caranya dengan mengubah bentuk gagang yang biasanya menyembul dari balik pakaian menjadi bentuk rencong pudoi. Orang Aceh membawa dengan menyembunyikan nya di bawah kain sarung atau celana panjang sehingga tidak terlihat.

    4.  Rencong Meukure


        Perbedaan rencong dengan rencong jenis lain adalah pada mata rencong. Mata rencong diberi hiasan tertentu seperti gambar ular, lipan bunga dan lainnya. Gambar-gambar tersebut muncul secara tidak sengaja ketika rencong ditempa, yang oleh pembuatnya di sebut kuree, maka dari itu rencong tersebut dikenal dengan nama Rencong Meukuree.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar